Rumah Beton dari Campuran Popok Bayi? Emang Ada? Bisa Dipastikan Kuat? (Source:www.detik.com)



Pemakaian beton sudah populer, pada perkembangannya beton dicampuri dengan beberapa bahan tambahan baik berupa bahan kimia maupun non kimia. Ini membuat salah satu insinyur sipil di Universitas Kitakyushu asal Indonesia memulai proyek membuat rumah dari beton yang menggunakan campuran popok bayi saat mengajar di Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB). Apasih yang melandasi penelitian ini bisa terjadi?

Berawal dari Biaya Pembuatan Rumah yang Mahal

Di sebagian negara berkembang akses terhadap perumahan yang sesuai dan terjangkau kerap menjadi permasalahan. Perumahan dengan harga terjangkau artinya perumahan yang lokasi dan kualitasnya sesuai, tetapi dengan biaya yang tidak membebani penghuni dan tidak mengganggunya untuk memenuhi biaya hidup lainnya. Pada Indonesia sendiri penyediaan perumahan dengan harga terjangkau telah menjadi perhatian tiga dekade terakhir. Hal itu disebabkan karena terdapat pertumbuhan populasi perkotaan sebesar 4,1% per tahun. Selain itu, pertumbuhan populasi juga menyebabkan peningkatan kapasitas limbah dalam hal pengelolaan limbah. Data statistik menyebutkan total limbah pada tahun 2019 ialah 29,21 juta ton dan meningkat menjadi 32,76 ton pada tahun 2020.

Pertumbuhan populasi juga meningkatkan popularitas dari popok sekali pakai karena kenyamanannya dan harga yang terjangkau untuk digunakan. Permasalahan tersebut membawa para ilmuwan terhadap penemuan penggunaan popok yang dihancurkan untuk menggantikan 9 hingga 40% pasir yang digunakan dalam pembuatan beton tanpa mengurangi kekuatannya.

Popok Bayi Sebagai Bahan Dasar Campuran Beton

Penelitian ini dipimpin oleh Siswanti Zuraida, dimana ia menggunakan beton yang bercampur popok untuk membangun sebuah rumah kecil di Indonesia. Zuraida mengungkapkan pemanfaatan limbah sebagai bahan bangunan ini berkaitan besar dengan sumber daya yang tersedia.

"Dengan pertumbuhan populasi, limbah popok juga akan bertambah. Ini merupakan tantangan, jadi kami berpikir bahwa ini akan menjadi bagian dari kontribusi kami untuk mendaur ulang limbah ini," jelasnya.

Popok sekali pakai terbuat dari bubur kayu, kapas, dan polimer superabsorben. Sejumlah kecil dari bahan-bahan ini terbukti bisa meningkatkan sifat mekanik beton. Prosesnya yakni popok akan dicuci, dikeringkan, dan dihancurkan. Bahan yang dihasilkan dari popok yang dihancurkan akan dicampurkan dengan semen, pasir, kerikil, dan air.

Melalui pengujian yang dilakukan oleh tim peneliti, mereka menemukan bahwa semakin banyak penggunaan limbah maka semakin rendah kekuatan tekannya. Hal tersebut menyebabkan komponen struktural seperti kolom dan balok memerlukan proporsi limbah popok yang lebih kecil dibandingkan elemen arsitektur, seperti dinding dan blok beton.

Pada rumah prototipe satu lantai, para peneliti menghitung bahwa 27% pasir dapat digantikan oleh limbah popok. Namun, jika rumah akan dibangun sampai tiga lantai, maka proporsinya harus turun menjadi 10%.

Menariknya, pada komponen arsitektur, hingga 40% pasir dapat digantikan oleh limbah popok dengan proporsi tertinggi digunakan pada panel dinding beton. Sementara, lantai dan paving memerlukan struktur yang lebih kuat dibanding dinding untuk memenuhi standar bangunan. Hal itu menyebabkan hanya 9% pasir yang dapat digantikan oleh popok bekas pakai.

Penggunaan Popok Sebagai Bahan Campuran Beton Sesuai Standar Bangunan Indonesia

Rumah percobaan menggunakan beton dengan campuran popok bekas pakai dengan mengikuti standar bangunan di Indonesia, dengan luas lantai 36 meter persegi atau setara dengan sekitar 2,5 tempat parkir mobil. Para peneliti kemudian menggunakan beton popok sebagai komponen arsitektur dan balok logam untuk komponen struktural dengan tujuan untuk mempercepat proses pembangunan. Secara keseluruhan, rumah percobaan ini memanfaatkan sekitar 1,7 meter kubik limbah popok atau setara dengan sekitar 8% dari volume total material komposit.

"Sebagai cara untuk mendapatkan nilai dari limbah yang tidak terurai, ini adalah langkah yang bagus dan sangat berharga dalam proses bertahap," ungkap Christof Schröfl, kimiawan yang meneliti bahan bangunan berkelanjutan di Universitas Teknologi Dresden, Jerman.

Kendati demikian, ia juga memperingatkan bahwa mengangkut limbah popok ke pabrik pengolahan atau lokasi konstruksi dapat menghasilkan jalur transportasi yang cukup panjang.

Oleh sebab itu, para peneliti lebih disarankan untuk menggunakan dinding yang terbuat dari bahan komposit berbasis kayu daripada beton untuk meningkatkan rumah yang ramah lingkungan tetapi dengan biaya rendah.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS SEMESTER GANJIL

Bank Soal Ujian Semester Genap 2024

BANK SOAL HMTS